Selasa, 02 Mei 2017

Coretan Hitam Dunia Pendidikan di Indonesia 



Masih ingatkah kita tentang perubahan kurikulum mata pelajaran pendidikan kewarganegaaraan: 
1. Kewarganegaraan (1956)
2. Civics (1959)
3. Kewarganegaraan (1962)
4. Pendidikan Kewarganegaaraan (1968)
5. Pendidikan Moral Pancasila (1975)
6. Pendidikan Pancasila Kewarganegaran (1994)
7. Pendidikan Kewarganegaraan (2003)

Kurikulum yang notabene format pendidikan kita selalu berganti.

Dijaman sekarang masih perlukah mata pelajaran Pancasila disekolah? agar mereka memahami makna toleransi dalam keberagamaan.

Apa hanya perlu mata pelajaran sejarah? agar tidak lupa sejarah Indonesia.

Perlukah mata pelajaran PUG (pengarustamaan gender)? agar memahami kesetaraan.

Kegamangan yang terjadi dalam menentukan garis garis besar sistem kurikulum yang acceptable kepada perkembangan zaman. Tanda tanya yang terbesit Apa kurang prof dan DR bidang pendidikan di negeri ini?

SDM kita banyak tapi yang punya kompetensi masih perlu dipertanyakan kebanyakan masih berkutat pada ontologisnya. Ditambah dengan kompleksitas yang terjadi dengan dunia pendidikan kita yang dipengaruhi oleh tema pergaulan global dengan pasar bebasnya mau tidak mau berdampak pada segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga adanya pergeseran konsep pendidikan nasionalisme kepada isme-isme versi barat atau Arab. Akibatnya implementasi berbagai konsep pendidikan diluar hanya menjauhkan atau mencerabut marwah ke Indonesia pada setiap generasi-generasi berikutnya.

Pendidikan kita bersifat linear yaitu maju tanpa berkelanjutan tanpa batas tanpa mengetahui akhirnya ujung bentuk masyarakat dan peradaban yang diinginkan. Peran Pemerintah yang menjadi tanggung jawabnya untuk menjamin pendidikan bagi warga negaranya bukan sekedar Alokasi anggaran tetapi perlu melihat kekulturan. Perlu ingat kembali pada gagasan Ki Hajar Dewantara "Ing ngarsa sung tulada, ing madya Mangun karsa, tut Wuri handayani".

Pendidikan menjadi keprihatinan menjadi komersialisasi dan radikalisasi atau ideologi transnasional dalam sistem pendidikan kita sehingga perlu filterisasi dan revitalisasi

Tidak ada manusia yang menyembah pendidikan. Mendapatkan hasil terbaik dalam pendidikan. Tidak ada pendidikan manusia yang sempurna tanpa melawan pendidikan.

Pendidikan bukanlah pembodohan menjadikan robot. Tapi pendidikan adalah pembebasan.
Karena tinta seorang yang berpengetahuan lebih suci daripada darah seorang martir.


0 komentar:

Posting Komentar